Sabtu, 19 Desember 2015

Peran Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum dan pembelajaran meupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif. Persoalana tentang bagaimana mengembangkan suatu kurikulum, bukanlah hal yang mudah dan tidak sesederhana yang kita bayangkan. Dalam pengembangan kurikulum ada komponen-komponen metode dan komponen evaluasi.
Dalam pembahasan ini, lebih menitikberatkan pada komponen metode. Dimana komponen metode merupakan komponen yang memiliki peran sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Metode meliputi rencana, dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dinamakan metode.
Kaitannya dengan pembelajaran, ada yang disebut metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan pola umum rencana interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajara lainnya pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pendidikan ertentu. Dalam pembelajaran guru memiliki peran penting. Karena guru yang berinteraksi langsung dengan peserta didik (subjek kurikulum 2013) sehingga secara tidak langsung kesuksesan untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 tergantung pada keterampilan guru. Karena mereka mempunyai andil besar dalam menerapkan kurikulum tersebut.
Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah dokumen kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari pedoman tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan salah satu factor penting dalam implementasi kurikulum.
 Dalam bahan uji public kurikulum 2013, proses pembelajaran dirancang berpusat pada peserta didik (student centered active learning), tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered learning). Selain itu, sifat pembelajaran yang kontekstual artinya, guru tidak hanya beracuan pada buku teks saja tetapi juga harus mampu mengkaitkan materi yang disampaikannya secara kontekstual.
Dalam Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, proses pembelajaran dirancang berpusat pada peserta didik (student centered active learning), tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered learning). Seklain itu, sifat pembelajaran yang kontekstual artinya, guru tidak hanya beracuan pada buku teks saja tetapi juga harus mampu menkaitkan materi yang disampaikan secra kontekstual.
 Selain itu rancangan, kurikulum 2013 bersifat sentralistisk, dimana pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoaman, termasuk penyusunan silabus dan RPP.
 Karena semua komponen kurikulum sudah diatur oleh pemerintah, maka guru perlu menyesuaikan diri (beradaptasi) agar implementasi kurikulum 2013 dapat terlaksana dengan baik. Menteri pendidikan dan kebudayaan Muhammad Nuh menuturkan untuk menghadapi penerapan kurikulum 2013 ini, guru harus mengikuti pelatihan cara mengajar yang mesti dijalani selama 52 jam. Waktu paltihan 52 jam ini hanya pelatihan awal saja, ke depannya ada model pendampingan dalam pelaksanaan guru mengajar.
 Pelatihan tahap awal ini lebih dititikberatkan pada pelatihan metode pembelajaran kurikulum 2013 dengan mengedepankan aspek pembelajaran sesuai tujuan kurikulum. Guru diharapkan bisa menjadikan pembelajaran di kelas bukan hal yang membosankan bagi siwa; penyampaian pelajaran yang bukan satu arah; adanya aktivitas peserta didik untuk bisa mengembangkan potensi dirinya; kepahaman akan ilmu yang dikuasai siswa yang berguna untuk hidup dia kelak; penggunaan sarana dan prasarana dalam melaksanakan pembelajaran; memahami bahwa guru adalah agen perubahan yang membentuk siswa lebih menjadi sosok yang bisa mengembangkan diri tanpa dicekoki oleh system hafalan dan target nilai.
 Adapun pelatihan pengajar untuk kurikulum 2013 ini terdiri dari tiga jenjang. Instruktur nasional, guru inti, dan guru massal. Dilaksanakn selama liburan panjang akhir tahun pelajaran (Mei hingga Juni). Hal ini karena pada akhir tahun pelajaran, sekolah atau kelas yang kosong bisa diberdayakan untuk pelatihan karena masa liburan sekolah. Selanjutnya, metode pelatihan 52 jam terbagi dalam 33 jam pertemuan tatap muka dan 19 jam pertemuan mandiri terbimbing untuk guru disemua jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA/SMK. Paket 52 jam pelatihan lebih ditekankan pada penguasaan konsep dan prinsip kurikulum 2013 dan tentunya penerjemahan bagaiman aplikasinya dilapangan.
Jika melihat pada sejarah pemberlakuan kurikulum sebelumnya, memang secara teoritis kurikulum ini semuanya bertujuan baik. Namun, permasalahn yang kerap terjadi dimana harapa kurikulum dan kenyataan dilapangan seringkali tidak sesuai. Guru memang ujung tombak agen perubahan, namun gruru tidak serta merta dalam adaptif terhadap tuntunan perubahan ini. Bagaimanapun harus ada keseriusan dan berkesinambungan bahwa guru bukan satu-satunya sosok penanggung jawab sentral akan keberhasilan kurikulum 2113. Hal ini karena penrapan system pendidikan nasional adalah mata rantai dimana dibutuhkan “Kerja sam tim” yang padu. Jangan sampai pendidikan kembali seperti labirin, dimana apapun kurikulumnya, masalahnya itu-itu juga. Sudah waktunya bangsa Indonesia menjadi bangsa yang focus menggarap pendidikan sebagai sumber peradaban penting bagi terberntuknya insan-insan yang mampu menghadapi tuntutan zaman yang serba cepat kearah perubahan yang lebih baik.
 Jika guru sudah memahami dan mampu mengimplementasikan kurikulu 2013 dengan baik, maka diharapkan akan dihasilkan output pendidikan yang komponen.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa guru memiliki peranan penting dalam implementasi kurikulum 2013, karena guru yang berinteraksi langsung dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Namun, guru bukan satu-satunya pihak yang bertanggung jawab dalm keberhasilan sebuah kurikulum karena kurikulum dapat terlaksana dengan baik jika ada kesatuan dan kesinambungan antara komponen-komponenya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar