Pentingnya Idealisme Dalam Dunia Pendidikan
Plato merupakan
salah satu tokoh aliran idealisme. Plato adalah filsuf pertama yang
mengembangkan prinsip-prinsip filsafat idealisme. Secara historis, idealisme
diformulasikan dengan jelas pada abad IV sebelum masehi oleh Plato (427-347 SM)
di Athena. Selama Plato hidup, Athena adalah kota yang berada dalam kondisi
transisi (peralihan). Peperangan bangsa Persia telah mendorong Athena memasuki
era baru. Seiring dengan adanya peperangan-peperangan tersebut, perdagangan dan
perniagaan tumbuh subur dan orang-orang asing tinggal diberbagai penginapan
Athena dalam jumlah besar untuk meraih keuntungan mendapatkan kekayaan yang
melimpah. Dengan adanya hal itu, muncul berbagai gagasan-gagasan baru ke dalam
lini budaya bangsa Athena. Gagasan-gagasan baru tersebut dapat mengarahkan
warga Athena untuk mengkritisi pengetahuan & nilai-nilai tradisional. Saat
itu pula muncul kelompok baru dari kalangan pengajar (para Shopis). Ajarannya
memfokuskan pada individualisme, karena mereka berupaya menyiapkan warga untuk
menghadapi peluang baru terbentuknya masyarakat niaga. Penekanannya terletak
pada individualisme, hal itu disebabkan karena adanya pergeseran dari budaya
komunal masa lalu menuju relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.
Aliran filsafat
Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi perubahan
terus-menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia merumuskan
kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Dan sudah
terbukti, bahwa dunia eksistensi keseharian senantiasa mengalami perubahan.
Dengan demikian, kebenaran tidak bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak
sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran yang
universal dan dapat disetujui oleh semua orang. Contohnya dapat ditemukan pada
matematika, bahwa 5 + 7 = 12 adalah selalu benar (merupakan kebenaran apriori),
contoh tersebut sekarang benar, dan bahkan di waktu yang akan datang pasti akan
tetap benar.
Idealisme
dengan penekanannya pada kebenaran yang tidak berubah, berpengaruh pada
pemikiran kefilsafatan. Selain itu, idealisme ditumbuh kembangkan dalam dunia
pemikiran modern. Tokoh-tokohnya antara lain: Immanuel Kant (1724-1804), Pascal
(1623-1662), J. G. Fichte (1762-1914 M), George Berkeley
(1685-1753), George wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) .
Secara
epistemologi, istilah Idealisme berasal dari kata idea yang artinya adalah
sesuatu yang hadir dalam jiwa (Plato), aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam
perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui
dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. yang menyatakan bahwa alam,
cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata
yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu.
Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan
alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan
menjalankan pengaruhnya dari benda itu, jadi pandangan ini lebih
menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik.
Idealisme
merupakan salah satu aliran filsafat tradisional yang paling tua. Aliran
idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa.
Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa
terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap
oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan
yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata
hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta
penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Keberadaan idea
tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat
dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari
dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea
adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya
sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea
digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam
dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.
Inti yang
terpenting dari aliran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih
berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia.
Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda
atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Sedangkan, pokok utama
yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang utama dalam
alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi. Namun, materi
adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat.
Aliran
idealisme terbukti cukup banyak berpengaruh dalam dunia pendidikan.
William T. Harris adalah salah satu tokoh aliran pendidikan idealisme yang
sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Idealisme terpusat tentang keberadaan
sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental
terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai
lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan
tidak sekedar kebutuhan alam semata. Bagi aliran
idealisme, peserta didik merupakan pribadi tersendiri, sebagai makhluk
spiritual. Guru yang menganut paham idealisme biasanya
berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat
murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual. Sejak idealisme sebagai
aliran filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi,
maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual.
Pola pendidikan yang diajarkan filsafat idealisme berpusat dari idealisme.
Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak atau materi pelajaran, juga
bukan masyarakat tapi idealisme. Maka tujuan
pendidikan menurut aliran idealisme terbagi atas tiga hal, tujuan untuk
individual, masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan
idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi
kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis
dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada
akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya
persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu
pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekedar menuntut hak
pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai
dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling
menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan
antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan
dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Guru dalam sistem pengajaran menurut
aliran idealisme berfungsi sebagai : personifikasi
dari kenyataan anak didik. Artinya, guru merupakan wahana atau fasilitator yang akan mengantarkan
anak didik dalam mengenal dunianya lewat materi-materi dalam aktifitas
pembelajaran. Untuk itu, penting bagi guru memahami kondisi peserta didik dari
berbagai sudut, baik mental, fisik, tingkat kecerdasan dan lain sebagainya, guru harus
seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Artinya,
seorang guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada anak didik, guru haruslah
menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang guru harus
mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk mengembangkan suatu model
pembelajaran, baik dari segi materi dan yang lainnya, guru haruslah menjadi
pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid. Artinya, seorang guru harus
mempunyai potensi kepribadian yaitu karakter dan kewibawaan yang berbeda dengan
guru yang lain, guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus
mempunyai potensi sosial yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan anak
didik.
Kurikulum yang
digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan
pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran
yang textbook. Agar pengetahuan
dan pengalamannya aktual. Sedangkan implikasi Aliran Idealisme dalam Pendidikan
yaitu: bertujuan untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan
dasar, serta kebaikan sosial, yang memiliki kurikulum pendidikan liberal untuk
pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan, metode yang
diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang
lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan, peserta didik
bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya, pendidik
bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama
dengan alam.
Implementasi Idealisme dalam Pendidikan yaitu, pendidikan tidak
hanya mengembangkan dan menumbuhkan, tetapi juga harus menuju pada tujuan yaitu
dimana nilai telah direalisasikan ke dalam bentuk yang kekal dan tak terbatas,
pendidikan merupakan proses melatih pikiran, ingatan, perasaan baik untuk
memahami realita, nilai-nilai, kebenaran, maupun sebagai warisan sosial, tujuan
pendidikan adalah menjaga keunggulan kultural, sosial dan spiritual. Memperkenalkan
suatu spirit intelektual guna membangun masyarakat yang ideal. Pendidikan
idealisme berusaha agar seseorang dapat mencapai nilai-nilai dan ide-ide yang
diperlukan oleh semua manusia secara bersama-sama. Tujuan
pendidikan idealisme adalah ketepatan mutlak. Untuk itu, kurikulum seyogyanya
bersifat tetap dan tidak menerima perkembangan, begitupun peranan pendidik
menurut aliran ini adalah memenuhi akal peserta didik dengan hakekat-hakekat
dan pengetahuan yang tepat. Dengan kata lain, guru harus menyiapkan situasi dan
kondisi yang kondusif untuk mendidik anak didik, serta lingkungan yang ideal
bagi perkembangan mereka, kemudian membimbing mereka dengan kasih sayang dan dengan
ide-ide yang dipelajarinya hingga sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya. Selanjutnya
implikasi idealisme dalam pendidikan jika dilihat dari metode. Metode
pendidikan yang disusun adalah metode dialektik meskipun demikian, setiap
metode efektif dapat mendorong semangat belajar siswa. Maksudnya adalah metode
dialektik ini syarat dengan pemikiran, perenungan, dialog, dll. Apabila didukung dengan
adanya metode dan stategi yang lain dalam pembelajaran, maka akan lebih efektif
dan efisien dalam mengoptimalkan metode dialektik tersebut. Sehingga akan
terciptanya pembelajaran aktif. Kemudian implikasi idealisme
dalam bidang evaluasi tidak hanya berdasarkan kepada nilai akhir peserta didik,
tapi juga menurut keseharian peserta didik. Evaluasi tidak hanya ditinjau dari
satu aspek tapi juga semua aspek yaitu dari segi kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Hal itu karena dalam idealisme guru bersifat demokratis, sehingga
pembelajaran berjalan dengan efektif karena guru adil dalam melakukan evaluasi.
Contoh
idealisme dalam pendidikan yaitu guru harus memandang anak sebagai tujuan,
bukan sabagai alat. Guru harus bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia
merupakan contoh yang baik untuk diterima oleh siswanya. Idealisme memiliki
tujuan pendidikan yang pasti dan abadi, dimana tujuan itu berada di luar
kehidupan sekarang ini. Tujuan pendidikan idealisme akan berada di luar
kehidupan manusia itu sendiri, yaitu manusia yang mampu mencapai dunia cita,
manusia yang mampu mencapai dan menikmati kehidupan abadi, yang berasal dari
Tuhan. Guru dalam
sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai
personifikasi dari kenyataan si anak didik, sebagai spesialis dalam suatu ilmu
pengetahuan dari siswa, guru harus menguasai teknik mengajar secara baik, guru
harus menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid, guru harus
menjadi teman dari para muridnya, guru harus menjadi pribadi yang mampu
membangkitkan gairah murid untuk belajar, guru harus bisa menjadi idola para
siswa, guru harus rajin beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa
menjadi teladan para siswanya, guru harus menjadi pribadi yang komunikatif,
guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang
diajarkannya, tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para
siswa belajar, guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil, guru
haruslah bersikap demokratis dan
mengembangkan demokrasi, guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya. Kurikulum
yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih
memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak dari pada
pengajaran yang textbook, agar pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
Dapat disimpulkan bahwa Pada dasarnya setiap orang mempunyai idealisme, dan
merupakan salah satu hal penting dalam hidup seseorang. Dengan idealisme orang
dapat melakukan hal yang luar biasa, bertahan pada suatu prinsip yang diyakini
bahkan rela hidup menderita demi mempertahankan pandangan dan kehormatan.
Ketika seseorang bertanya untuk apa mempertahankan idealisme? Jawabnya, untuk
mendapatkan kepuasan jiwa yang begitu mahal harganya. Kepuasan dan kebahagiaan
itu, tentu saja tidak dapat diukur dengan nilai uang atau materi. Begitupun aliran Filsafat Idealisme dalam dunia pendidikan menekankan
pada upaya pengembangan bakat dan kemampuan peserta didik sebagai aktualisasi
potensi yang dimilikinya, untuk mencapainya diperlukan pendidikan yang
berorientrasi pada pengenalan potensi dengan memadukan kurikulum pendidikan
umum dan praktis, kegiatan yang terpusat pada peserta didik yang dikondisikan
oleh tenaga pendidik. Dalam dunia pendididikan seorang pendidik harus memiliki rasa tanggungjawab dalam menciptakan lingkungan
pendidikan melalui kerja sama dengan alam. Pendidik memenuhi akal peserta didik
dengan hakikat dan pengetahuan yang tepat. Dengan kata lain guru harus
menyiapkan situasi dan kondisi yang kondusif untuk pembelajaran, serta
lingkungan yang ideal bagi perkembangan mereka, kemudian membimbing mereka
dengan ide-ide yang dipelajarinya hingga sampai ke tingkat yang
setinggi-tingginya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar