Eksistensialisme dan Pendidikan Karakter Peserta Didik
Revisi PGSD
3A/30
083870166637
Eksistensialisme dan Pendidikan
Karakter Peserta Didik
Bicara
tentang kebebasan mengarah kepada suatu individu, yang dimana setiap individu
mempunyai kebebasannya masing-masing, hal tersebut mengarah kepada salah satu
aliran filsafat yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme adalah aliran filsafat
yg pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas
kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana
yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana
yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat
relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang
menurutnya benar.
Kata dasar eksistensi
(existency) adalah exist yang berasal dari bahasa Latin ex yang berarti keluar
dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar
dari diri sendiri. Artinya dengan keluar dari dirinya sendiri, manusia sadar
tentang dirinya sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi. Pikiran semacam
ini dalam bahasa Jerman disebut dasein (da artinya di sana, sein artinya
berada).
Dari uraian di atas dapat
diambil pengertian bahwa cara berada manusia itu menunjukkan bahwa ia merupakan
kesatuan dengan alam jasmani, ia satu susunan dengan alam jasmani, manusia
selalu mengkonstruksi dirinya, jadi ia tidak pernah selesai. Dengan demikian,
manusia selalu dalam keadaan membelum; ia selalu sedang ini atau sedang itu.
Untuk lebih memberikan
kejelasan tentang filsafat eksistensialisme ini, perlu kiranya dibedakan dengan
filsafat eksistensi. Yang dimaksud dengan filsafat eksistensi adalah
benar-benar seperti arti katanya, yaitu filsafat yang menempatkan cara wujud
manusia sebagai tema sentral. Sedangkan filsafat eksistensialisme adalah aliran
filsafat yang menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah
sama. Manusia berada di dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi cara beradanya
tidak sama. Manusia berada di dalam dunia; ia mengalami beradanya di dunia itu;
manusia menyadari dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi dunia, menghadapi
dengan mengerti yang dihadapinya itu. Manusia mengerti guna pohon, batu dan
salah satu di antaranya ialah ia mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti.
Artinya bahwa manusia sebagai subyek. Subyek artinya yang menyadari, yang
sadar. Barang-barang yang disadarinya disebut obyek.
Eksistensialisme adalah salah
satu aliran filsafat yang mengguncangkan dunia walaupun filsafat ini tidak luar
biasa dan akar-akarnya ternyata tidak dapat bertahan dari berbagai kritik.
Filsafat selalu lahir dari suatu krisis, seperti halnya filsafat
eksistensialisme yang yang muncul karena adanya krisis yaitu tercerai-berainya
atau retaknya (fragmentasi) kepribadian yang terjadi pada abad ke Sembilan belas.
Fragenmtasi ini tampak dari gejala emosional, psikologis, dan spiritual yang
terjadi baik dalam tingkat kebudayaan maupun pada tingkat individu.
Retaknya kepribadian ini
sejalan dengan industrialisme yang sedang berkembang, baik sebagai sebab maupun
akibat. Seorang manusia yang dapat menjaga atau mempertahankan bagian-bagian
yang berbeda dari kehidupannya secara terpisah, yang selalu mempunyai program
kerja yang sama pada setiap hari dan setiap saat, yang tindakan-tindakannya
selalu dapat diramalkan, yang tidak pernah merasa terganggu atau tersentuh oleh
dorongan-dorongan irrasional atau visi-visi puitis, yang dapat memanipulasi
dirinya dengan cara yang sama seperti ia memanipulasi sebuah mesin, tentu saja
orang semacam ini merupakan pekerja yang sangat beruntung bukan hanya karena
sudah terpola seperti sebuah mesin, tetapi juga karena sudah mencapai taraf
tinggi dari sebuah produk.
Namun, akibatnya, adalah
seperti yang dikatakan oleh Marx dan Nietszche, yakni “keberhasilan sistem
industri dengan akumulasi uang yang bisa mengabsahkan suatu kebajikan dan harga
diri, dan yang sepenuhnya merupakan tangan-tangan manusia, mempunyai akibat
timbal balik yang mendepersonalisasikan dan mendehumanisasikan manusia dalam
hubungannya dengan orang lain dan dengan dirinya sendiri.”
Terhadap kecenderungan-kecenderungan
yang mendehumanisasikan inilah, yakni kecenderungan yang menjadikan manusia
sebagai mesin, dan yang membuat manusia mempunyai citra sebagai komponen dari
sebuah sistem industri besar, yang sesungguhnya dilawan oleh para
eksistensialis karena hal tersebut terlihat bahwa tidak adanya kebebasan yang
dimiliki individu. Karena kebebasan merupakan tempat bergantungnya ketinggian
harga diri manusia. Setiap kebebasan hakikatnya adalah aturan yang menjadi
pilihan. Kebebasan juga dapat berarti kehendak bebas manusia yang dengannya manusia dapat
memutuskan suatu hal dari banyak pilihan-pilihan dan peristiwa yang terjadi
dalam hidupnya. Jadi jika kita lihat dari peristiwa di atas, dapat terlihat
bahwa pada saat itu betapa krisinya kebebasan individu karena pada saat itu
individu sudah terpola seperti sebuah mesin dan telah mencapai taraf tinggi
dari sebuah produk sehingga terlihat dengan uang bisa mengabsahkan suatu
kebajikan dan harga diri manusia saat itu.
Adapun
tokoh-tokoh dibalik eksistensialisme yaitu:
a. Soren
Aabye Kiekeegaard,
Inti pemikirannya adalah eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang statis tetapi
senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan menuju suatu
kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi ditekankan
harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan
atau apa yang ia anggap kemungkinan.
b.
Friedrich
Nietzsche, menurutnya masuai yang berkesistensi adalah
manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan
untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super (uebermensh) yang
mempunyai mental majikan bukan mental budak. Dan kemampuan ini hanya dapat
dicapai dengan penderitaan karena dengan menderita orang akan berfikir lebih
aktif dan akan menemukan dirinya sendiri.
c.
Karl
Jaspers, memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia
kepada dirinya sendiri. Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang
menggunakan semua pengetahuan obyektif serta mengatasi pengetahuan obyektif
itu, sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri. Ada dua fokus pemikiran
Jasper, yaitu eksistensi dan transendensi.
d.
Martin
Heidegger, inti pemikirannya adalah keberadaan manusia
diantara keberadaan yang lain, segala sesuatu yang berada diluar manusia selalu
dikaitkan dengan manusia itu sendiri, dan benda-benda yang ada diluar manusia
baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia karena itu benda0benda
yang berada diluar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan dan tujuan
mereka.
e.
Jean Paul
Sartre, menekankan pada kebebasan manusia, manusia setelah
diciptakan mempunyai kebebasan untuk menetukan dan mengatur dirinya. Konsep
manusia yang bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada dengan sadar
dan bebas bagi diri sendiri.
Menyangkut dengan
eksistensialisme yang berdasar dari kata eksistensi yaitu berdiri dengan keluar
dari diri sendiri. Artinya dengan keluar dari dirinya sendiri, manusia sadar
tentang dirinya sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi. Dan
eksistensialisme lebih menekankan kepada kebebasan individu, dimana individu
memiliki kebebasan untuk menentukan suatu hal yang menurut dirinya benar, dan
dengan hal itu maka individulah yang akan menentukan bagaimana masa depannya.
Agar individu dapat menentukan mana yang benar-benar baik dan yang tidak, maka
karakter individu lah yang harus dikembangkan menuju kekuatan diri individu itu
sendiri agar benar-benar memandang hal yang benar-benar baik menurut dirinya
dan untuk dirinya. Maka disini lah pendidikan sangat berperan untuk menciptakan
individu yang berkarakter. Oleh sebab itu pada saat ini pendidikan disemua
Negara pun begitu juga dengan Indonesia yang lebih menekankan untuk
mengembangkan karakter peserta didik atau disebut dengan pendidikan karakter.
Secara sederhana, pendidikan karakter
dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk
mempengaruhi karakter siswa. Pendidikan Karakter adalah suatu konsep dasar yang
diterapkan ke dalam pemikiran seseorang untuk menjadikan akhlak jasmani rohani
maupun budi pekerti agar lebih berarti dari sebelumnya. Pengertian pendidikan
karakter tingkat dasar haruslah menitikberatkan kepada sikap maupun
keterampilan dibandingkan pada ilmu pengetahuan lainnya. Dengan pendidikan
dasar inilah seseorang diharapkan akan menjadi pribadi yang lebih baik dalam
menjalankan hidup hingga ke tahapan pendidikan selanjutnya.
Pengertian ilmu pendidikan karakter ini merupakan salah satu alat yang paling penting dan harus dimiliki oleh setiap orang. Sehingga tingkat pengertian pendidikan karakter seseorang juga merupakan salah satu alat terbesar yang akan menjamin kualitas hidup seseorang dan keberhasilan pergaulan didalam masyaratan.
Pengertian ilmu pendidikan karakter ini merupakan salah satu alat yang paling penting dan harus dimiliki oleh setiap orang. Sehingga tingkat pengertian pendidikan karakter seseorang juga merupakan salah satu alat terbesar yang akan menjamin kualitas hidup seseorang dan keberhasilan pergaulan didalam masyaratan.
Ada
18 butir nilai-nilai
pendidikan karakter yaitu , religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, tanggung jawab.
Dilihat
dari 18 nilai-nilai pendidikan karakter, maka terbukti mengapa banyak Negara mengembangkan
pendidikan karakter pada seyiap jenjang pendidikan, begitu pula Negara
Indonesia yang mengembangkan pendidikan karakter, karena nilai-nilai pendidikan
karakter sangat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam
UU No. 20 tahun 2003 yang berbunyi :
Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan
dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”
Dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 Bab 1 telah dijelaskan bahwa peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Definisi tersebut kemudian dijelaskan kembali pada bab V pasal 12 bahwa :
Dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 Bab 1 telah dijelaskan bahwa peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Definisi tersebut kemudian dijelaskan kembali pada bab V pasal 12 bahwa :
1.
Setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak :
a.
Mendapatkan pendidikan agama sesuai
dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.
b.
Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuannya.
c.
Mendapatkan beasiswa bagi yang
berprestasi yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.
d.
Mendapatkan biaya pendidikan bagi
mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.
e.
Pindah ke program pendidikan pada jalur
pendidikan dan satuan pendidikan lain yang setara.
f.
Menyelesaikan program pendidikan sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan
batas waktu yang ditetapkan.
2.
Setiap peserta didik berkewajiban :
a.
Menjamin norma-norma pendidikan untuk
menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.
b.
Ikut menanggung biaya penyelenggaraan
pendidikan kecuali bagi pendidikan yang dibebaskan dari kewajiban tersebut
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
c.
Warga negara asing dapat menjadi
peserta didik pada satuan pendidikan yang diselenggarakan dalam wilayah negara
kesatuan republik Indonesia.
d.
Ketentuan mengenai hak dan kewajiban
peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat 1,2, dan 3 diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.
Diatas
telah dijabarkan tujuan pendidikan, hak dan kewajiban peserta didik. Terlihat
bahwa focus pendidikan adalah manusia yaitu peserta didik, yang dimana peserta
didik di didik untuk berkembangnya karakter dalam dirinya. Karena jika dilihat
dari eksistensialisme yang lebih menekankan kepada kebebasan individu, dimana
individu mempunyai kebebasan untuk dirinya sendiri, kebebasan untuk memilih
jalan hidupnya dan sesuatu yang menyangkut dengan masa depannya, maka kebebasan
tersebut harus didukung dengan pendidikan karakter agar individu benar-benar
memilih dan memandang suatu hal yang benar-benar baik tanpa mengganggu atau
mengurangi kebebasannya untuk memilih suatu hal untuk dirinya.
Sumber :
http://wwwmatahariku-ul-imut.blogspot.com/2012/03/analisis-uu-no-20-tahun-2003-sisdiknas.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar