Cerita Keraton
Surosowan Banten
Sebagian Bangunan Peninggalan Keraton Surosowan |
Keraton Surosowan merupakan sebuah
keraton kesultanan Banten. Sekitar tahun 1522-1526 M pada masa pemerintahan
Sultan pertama Banten, yaitu Sultan Maulana Hasanudin dan banyak yang
menjelaskan pemabangunannya melibatkan ahli bangunan asal Belanda,
yaitu Hendrik Lucasz Cardeel, seorang aresitek asal Belanda yang memeluk islam
yang diberi gelar Pangeran Wirguna. Keraton Surosowan memiliki dinding pembatas
setinggi 2 meter yang mengelilingi area keraton yang luasnya kurang lebih
sekitar 3 hektar. Bangunan Keraton Surosowan ini memiliki kesamaan dengan
benten Belanda yang kokoh denga bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di
empat titik sudut bangunannya. Didalam dinding Keraton Surosowan hanya
menyisakan reruntuhan dinding dan pondasi kamar-kamar yang berbentuk persegi
empat yang jumlahnya puluhan.
Ingin Tahu Sejarah Berdirinya Keraton Surosowan
Banten ?
Berdiri dan dibangun dengan kata “Gawe
Kuta Baluwarti Bata Kalawan Kawis” yang arti bebasnya adalah “Membangun kota
dan perbentengan dari bata dan karang”. Takluknya Prabu Pucuk Umun di Wahanten
Girang (sekarang di kenal dengan daerah Banten Girang di Kecamatan Cipocok Jaya
Kota Serang – Wahanten Girang merupakan bagian wilayah dari Kerajaan
Padjadjaran yang berpusat di Pakuan – sekarang di kenal dengan wilayah Pakuan
Bogor) pada tahun 1525 selanjutnya menjadi tonggak dimulainya era Banten
sebagai Kesultanan Banten dengan dipindahkannya Pusat Pemerintahan Banten dari
daerah Pedalaman ke daerah Pesisir pada tanggal 1 Muharam 933 Hijriah yang
bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1526 (Microb dan Chudari, 1993:61).
Seperti Apa Bentuk Keraton Surosowan Banten ?
Keraton Surosowan
memiliki tiga buah gerbang masuk, yang masing-masing terletak di sisi timur,
utara dan selatan. Akan tetapi, pintu yang ada disebelah selatan telah ditutup
dengan tembok yang belum diketahui apa sebabnya. Pada pertengahan Keraton Surosowan
terdapat sebuah kolam yang berisi air berwarna hijau, yang sudah dipenuhi
ganggang dan lumut. Didalam keraton ini juga terdapat banyak ruangan yang
berhubungan dengan air atau ritual mandi (petiratan). Salah
satu bangunan yang terkenal adalah bekas kolam
taman, yang bernama Bale Kambang Rara Denok dan ada juga pancuran
untuk mandi biasa yang dinamakan “pancuran mas”. Kolam Rara Denok berbentuk
persegi empat dengan lebar 13 meter, dengan panjang 30 meter serta kedalaman
kolam 4,5 meter. Ada dua sumber air di Surosowan yaitu sumur dan Danau Tasik
kardi yang terletak sekitar dua kilometer dari Surosowan.
Atas pemahaman
geo-politik yang mendalam Sunan Gunung Jati menentukan posisi Keraton, Benteng,
Pasar, dan Alun-Alun yang harus dibangun di dekat kuala Sungai Banten yang
kemudian diberi nama Keraton Surosowan. Hanya dalam waktu 26 tahun, Banten
menjadi semakin besar dan maju, dan pada tahun 1552 Masehi, Banten yang tadinya
hanya sebuah kadipaten diubah menjadi negara bagian Kesultanan Demak dengan
dinobatkannya Hasanuddin sebagai Sultan di Kesultanan Banten dengan gelar
Maulanan Hasanuddin Panembahan Surosowan (Pudjiastuti, 2006:61).
DAFTAR
PUSTAKA.
http://www.raddien.com/2011/01/keraton-surosowan-lambang-kejayaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar